oki sugiyarto

Minggu, 11 Juli 2010

Biosekuriti pada ayam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Ayam buras atau ayam kampung merupakan ayam tradisional yang sudah berada di Indonesia ini semenjak ratusan tahun yang lalu, bukti sejarah memperlihatkan sudah ada sejak Zaman Kerajaan Kutai dahulu (Marhijanto, 1998). Keberadaannya sebagai makanan yang lezat, sumber uang dan tabungan bagi pemiliknya semakin jelas dengan adanya sistem upeti untuk pusat-pusat kerajaan zaman itu. Kondisi sosio-budaya tempat ayam-ayam tradisional ini hidup membuat ia dinamakan ayam kampung (Rasyaf, 2005).
Menurut Rasyaf (2001), ayam-ayam yang diternakan kini (Gallus domesticus) berasal dari ayam hutan di Asia Tenggara yaitu ayam hutan (Gallus varius-varius Linnaeus) . Ayam hutan ini kemungkinan berasal dari pulau Jawa. Akan tetapi, saat ini ayam hutan sudah tersebar sampai ke Pulau Nusa Tenggara. ayam hutan jantan, kepala dan punggungnya berwarna hitam kehijauan mengkilat. Tiap bulu pada pangkal ekor berwarna kekuningan. Ekornya hitam, panjang dan berbentuk garpu. Pada ayam betina bulunya berwarna kecoklatan. Ekornya sedikit lebih pendek dibandingkan panjang badannya.

Produktifitas ayam kampung memang rendah, rata-rata pertahun hanya 60 butir. Berat badan ayam jantan tua (jago) tidak lebih dari 1,9 kg sedangkan yang betina lebih rendah lagi (Marhijanto, 1998). Populasi ayam buras di indonesia pada tahun 2008 adalah 290.805.000 (BPS, 2008) sedangkan di Nusa Tenggara Timur populasinya pada tahun 2008 mencapai 15.050.065 ekor dengan permintaan kebutuhan daging sebanyak 9.315.004 kg (Disnak NTT, 2007). Dengan begitu banyaknya permintaan tersebut maka peluang untuk beternak ayam kampung semakin terbuka.
Ternak ayam buras hampir semuanya dipelihara oleh peternak kecil di perkotaan maupun di pedesaan. Umumnya ayam dipelihara secara ekstensif (tidak dikandangkan) dan bila dikandangkan tempatnya sangat dekat bahkan berbaur dengan pemukiman. Pembudidayaan ayam buras belum mengikuti good farming practice, sehingga sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Dengan kondisi tersebut, restrukturisasi manajemen peternakan unggas lokal sangat diperlukan sebagai salah satu upaya pemutusan mata rantai utama penyebaran penyakit antar unggas maupun antara unggas ke manusia.
Berjangkitnya wabah penyakit flu burung (Avian influenza) telah menyebabkan kerugian cukup besar bagi industri perunggasan dan diperkirakan mencapai sekitar Rp 4 triliun (Deptan, 2009). Banyak ternak unggas yang mati maupun dimusnahkan akibat penyakit ini. Konsumen ragu untuk mengkonsumsi produk unggas, secara tidak langsung berdampak pada sektor budidaya. Salah satu penyebab sulitnya penanggulangan penyakit Avian influenza adalah unggas dipelihara pada lokasi tersebar, sehingga sulit dikontrol. Disamping itu pengelolaan pasar tradisional, pengawasan TPA (Tempat Pemotongan Ayam), pengumpul dan penjualan unggas hidup serta pengawasan lalutintas unggas masih belum sesuai dengan harapan pernerintah. Penerapan biosekuriti, manajemen perkandangan, tata ruang, dan program vaksinasi belurn dilakukan secara komprehensif atau masih bersifat parsial, karena berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh usaha peternakan unggas skala kecil (Dirjenpeternakan, 2007).
Adanya variasi dalam usaha peternakan ayam dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya sistem pemberian makanan, sistem perkandangan dan lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang sangat luas, mengacu pada semua faktor selain genetik, yang mempengaruhi produktivitas dan kesehatan seekor ternak. Karena pentingnya pengendalian faktor lingkungan terhadap kesehatan ternak ayam maka diperlukan suatu usaha dalam mencegah terjangkit dan menyebarnya berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ternak, salah satu upaya tersebut adalah dengan penerapan sistem biosekuriti.


1.2 TUJUAN DAN MAMFAAT
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mengetahui fungsi dan langkah-langkah penerapan biosekuriti di lingkungan peternakan ayam buras. Sedangkan mamfaat dari pembelajaran ini adalah untuk mengetahui penerapan prosedur biosekuriti secara menyeluruh sehingga mampu menerapkannya dalam lingkungan peternakan ayam buras.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Biosekuriti adalah idiom yang disusun oleh dua kata yaitu: bio (hidup) dan secure (aman), atau secara harfiah bisa bermakna upaya pengamanan mahluk hidup (baca: ternak). Pengamanan yang dimaksud adalah pengamanan ternak ayam dari gangguan penyakit (Saptono, 2009). Dengan pengertian seperti itu, maka pengertian biosekuriti menjadi sangat luas dan cenderung bias.
Untuk itu penyeragaman definisi harus dilakukan, sehingga implementasi dilapangan bisa diukur dengan parameter yang jelas. Secara umum biosekuriti bisa didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari rangkaian program yang mencakup kebijakan dan praktek yang dirancang untuk mencegah masuk dan menyebarnya patogen pada ayam. Patogen bisa berupa virus, bakteri, parasit (termasuk protozoa), jamur, dll (Rudiyanto, 2009).

2.2 DASAR TEORI
Asal mula ilmu lingkungan adalah ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya di mana interaksi tersebut akan menentukan produktivitas, ukuran populasi dan persebaran organisme dan sebaliknya akan menentukan rona lingkungan. Ayam kampung (Gallus domesticusi) merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan Asia (Gallus varius-varius Linnaeus)(Rasyaf, 2001).
Di dalam ilmu epidemiologi (ilmu yang mempelajari sebaran penyakit), dikenal istilah segitiga epidemiologi, yang meliputi inang (host), lingkungan, dan agen penyakit. Keseimbangan tiga hal ini harus dijaga, salah satu caranya dengan biosekuriti (Darmawan, 2010). Ginting (2010) menambahkan, biosekuriti dilakukan dengan beberapa alasan. Yakni sebagai usaha pencegahan penyakit, menjaga kesehatan ternak, menjaga pertumbuhan ternak agar tetap baik dengan rasio konversi pakan yang baik pula, menekan biaya kesehatan agar lebih murah, memperoleh hasil/produk yang bagus, agar kualitas pangan yang dihasilkan menjadi lebih baik bagi konsumen dan akhirnya peternakan juga bisa memperoleh keuntungan lebih banyak.
BAB III
BIOSEKURITI PADA TERNAK UNGGAS

Menurut Saptono (2009) rangkaian program biosekuriti pada ternak unggas mencakup tiga aspek utama, tiga aspek tersebut adalah:
1) Isolasi
Isolasi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk memberi barrier bagi ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Penjabaran lebih lanjut, isolasi berarti menjauhkan ayam (flock) dari orang, kendaraan, dan benda yang dapat membawa patogen. Menciptakan lingkungan tempat ayam terlindung dari pembawa patogen (orang, hewan lain, udara, air, dll).
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menerapkan isolasi bisa berupa; menyimpan ayam di kandang tertutup yang sudah di screening di farm. Menerapkan manajemen all in all out. Memisahkan ayam dari hewan lain dan dari spesies unggas lain. Tidak boleh ada tempat dengan air menggenang di wilayah farm.
2) Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian lalu lintas adalah berbagai upaya untuk men-screening orang, alat, barang dan hewan lain, agar kegiatan lalu lintas yang dilakukannya tidak menyebabkan masuknya patogen ke dalam farm.
Penjabaran lebih lanjut, pengendalian lalu lintas berarti kita tidak boleh mengijinkan siapapun masuk ke kandang, apalagi mendekati ayam-ayam kita. Jika memang mereka harus masuk, maka harus dipastikan bahwa mereka harus mengikuti tindakan biosekuriti khusus (screening). Membatasi jumlah orang, kendaraan dan alat-alat yang berada di wilayah isolasi dan yang keluar dari wilayah isolasi ke daerah lain.

3) Sanitasi
Sanitasi adalah berbagai upaya yang ditujukan untuk membunuh patogen. Lebih lanjut, sanitasi bisa dijabarkan sebagai tindakan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi untuk membunuh kuman.
Sanitasi juga berarti upaya pengendalian hama yang bertujuan untuk mencegah hama (burung liar, hewan pengerat & serangga) membawa patogen. Dan pembuangan bangkai atau karkas yang ditujukan untuk menjauhkan kontaminasi dari flok.
Implementasi sanitasi harus dilaksanakan secara tertata baik untuk kandang, alat, kendaraan maupun orang. Wujud nyata dari implementasi ini misalnya: pekerja mencuci tangan dan kaki, berganti pakaian dan sepatu sebelum bekerja dengan ayam. Membersihkan dan mendesinfeksi alat-alat secara teratur. Membersihkan dan mendesinfeksi kandang-kandang dalam masa peralihan antara satu periode ke periode berikutnya, dan memiliki program pengendalian hama.
Sedangkan menurut Sudarisman (2000), biosekuriti mencakup tiga hal utama yaitu 1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, 2) Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan 3) Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yakni biosekuriti konseptual, biosekuriti struktural dan biosekuriti operasional.
Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, kontrol kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan. Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan peralatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan unggas terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga hal pokok, yakni a) pengaturan traffic control,
b) pengaturan dalam farm dan,
c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (alkohol, lisol dan lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi.
Berdasarkan penerapan biosekuriti, sistem produksi unggas dikelompokkan menjadi 4 sektor. Pembagian sektoral ini awalnya muncul dalam upaya pemberantasan penyakit Avian influenza. (Guiding principles for HPAI surveillance and diagnostic networking in Asia, Bangkok July 2004). Keempat sektor tersebut, yaitu:
• Sektor 1: merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level biosecurity) sesuai dengan prosedur standar. Dalam sektor ini misalnya adalah golongan industrial integrated system seperti pembibitan (breeding farm)
• Sektor 2: merupakan peternakan komersial dengan moderate to high level biosecurity. Yang termasuk dalam sektor ini adalah peternakan dimana ayam ditempatkan dalam ruangan tertutup/indoors, sehingga unggas dan burung lain tidak dapat kontak dengan ternak ayam. Penggunaan kandang close house atau semi close house
• Sektor 3: Peternakan komersial yang melaksanakan biosekuriti alakadarnya dan masih terdapat kontak dengan unggas lain atau orang yang masuk peternakan. Umumnya peternakan komersial yang ada di Indonesia masuk dalam sektor ini.
• Sektor 4: Unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional dengan minimal biosekuriti, produknya ditujukan untuk dikonsumsi atau dijual untuk kebutuhan daerah setempat. Masuk dalam sektor ini adalah ayam buras di kampung-kampung.






BAB IV
PROSEDUR BIOSEKURITI

4.1 LOKASI BIOSEKURITI:
1. Gerbang Utama : Di lokasi ini yang bertanggung jawab adalah Watch Man (satpam)
Gerbang utama adalah tempat yang paling penting harus di perhatikan, disini adalah tempat umum dimana semua orang dan berbagai kendaraan asing bisa masuk ke lokasi peternakan sebelum memasuki kawasan yang lain, demi keselamatan kesehatan yang harus di lakukan adalah:
a) Tugas satpam adalah harus mencatat, Semua Personal atau orang, dan mobil yang keluar masuk melalui pintu ini harus mengisi buku tamu, yang harus di catat adalah: waktu masuk, number mobil, berapa orang di dalam mobil tersebut, dan apa tujuan orang tersebut masuk ke dalam lokasi. Termasuk pekerja, dan mobil yang datang dari luar Harus di persilahkan masuk ke tempat lokasi setelah di spray menggunakan disinfektan.
b) Tempat lokasi Foot Dip (celup kaki yang berisi air disinfektan) dan tempat lokasi penyemprotan mobil harus di bersihkan sehari sekali atau ketika air sudah kotor.
c) Siapkan seragam khusus untuk orang yang masuk kedalam lokasi sebuah peternakan, jadi sebelum mereka masuk ke dalam, harus mandi terlebih dahulu, dan mengganti pakaian mereka dengan yang sudah di persiapkan tadi, tapi dengan catatan pakaian tersebut harus bagus dan bersih , demi kenyamanan si pengguna.
d) Orang yang membawa mobil kedalam lokasi peternakan (selain lokasi kandang) jangan di persilahkan membawa mobil kedalam lokasi kandang, gunakan mobil dalam yang sudah di persiapkan.
2. Kantor, yang bertanggung jawab adalah HC (health Control- vaccinator) ,
Bersihkan lingkungan yang berhubungan dengan penempatan vaksin (di kantor) gunakan disinfectant seminggu sekali,
3. Di Gerbang masuk yang menuju ke lokasi kandang (main entrance shower)
a) Semua Mobil yang masuk dan keluar harus melalui ruangan yang menggunakan auto spray dengan disinfectant,
b) Disinfectant harus dig anti jika lokasi vehicle dip di ketahui sudah kotor, dan perhatikan dosis yang digunakan adalah dosis yang dianjurkan oleh perusahaan yang membuat disinfectant tersebut.
4. Di Tempat pemeliharaan D.O.C, yang bertanggung jawab disini adalah: Leader flock, Assistant Leader, vaccinator, supervisor, dan veterinarian (dokter Hewan)
a) Semua barang yang banyak digunakan di kawasan D.O.C harus melalui disinpeksi sebelum di gunakan atau masuk ke kandang yang masih muda tersebut, apabila menggunakan barang dari luar (lokasi selain di kawasan tersebut atau barang baru) seharusnya di cuci terlebih dahulu dan disinfeksi, selanjutnya fumigasi.
b) Pastikan orang yang mau masuk ke dalam kandang yang ayamnya masih berumur di bawah 18 minggu harus mandi terlebih dahulu (tanpa terkecuali), dan menggunakan pakaian, sepatu but, yang sudah di sediakan khusus untuk orang yang mau masuk kedalam kandang,
c) Sepatu dan pakaian yang di pakai di dalam kandang, pastikan jangan di pakai untuk kerja di luar kandang, sepatu dan pakaian harus tetap terpisah, jangan bercampur-aduk (baju dalam dan baju luar) untuk menghindari kontaminasi penyakit dari luar ke dalam.
d) Orang yang masuk kedalam harus memasuki ruangan auto spray (dimana ruangan ini secara otomatis menyemburkan disinfectant) ketika orang masuk kedalamnya.
e) Foot dip (atau tempat cuci kaki yang berada di dalam kandang) harus tetap bersih, dan gunakan dosis yang sudah di tetapkan, ganti dengan secepatnya jika foot dip tersebut sudah kelihatan kotor, karena apabila kotor, larutan disinfectant tidak akan bekerja secara maksimal,
f) Seragam yang di gunakan untuk brooding di dalam kandang grower tersebut harus di rendam terlebih dahulu dengan menggunakan disinfectant sebelum di cuci.
g) Jangan menyimpan barang yang tidak di perlukan di dalam kandang tersebut, simpan barang yang di perlukan saja, karena barang yang tidak di perlukan apabila terus disimpan di dalam maka benda tersebut akan kotor dan kemungkinan akan menjadi tempat penyakit.
5. Di kandang yang sudah sudah bertelur /kandang layer. Yang bertanggung jawab disini adalah, supervisor, leader flock, dan assistant.
a) Nest box atau sangkar yang akan di gunakan untuk bertelur harusnya di spray terlebih dahulu dan baru boleh di tempatkan di dalam kandang.
b) Masukan nestbox atau sangkar kedalam kandang ketika ayam berumur 16 minggu, dengan tujuan ayam harus sudah belajar sebelum ayam memasuki umur layer (masa bertelur umur 23-65 minggu), dengan demikian ayam sudah belajar secara perlahan dan bertahap yang nantinya akan mengurang atau meminimalis telur lantai, karena telur lantai tidak akan di gunakan untuk H.E (hatching egg) telur yang layak tetas.
c) Gunakan sekam untuk mengisi nestbox atau sangkar, gunakan sekam yang masih baru, jangan gunakan sekam bekas, karena sekam yang tidak layak pakai akan mengakibatkan kontaminasi secara langsung, dimana telur akan melakukan kontak langsung dengan sekam ini.
d) Ketika ayam berumur 40 minggu, ganti lah sekam nestbox dengan sekam baru, dengan tujuan ketika umur ayam 40 minggu pastinya nestbox sudah kotor, dengan melakukan penggantian sekam tersebut maka kontaminasi telur yang berakibat dari sekam kotor akan bisa terisolasi dan di kurangi,

4.2 PEKERJAAN RUTIN DI DALAM KANDANG
Bersihkan pipa untuk ayam minum (nipple line), tankki air, dan flushing dengan menggunakan Hi-Chlone setiap 2 minggu sekali, yang bertujuan untuk menghindari tumbuhnya bio-film (kotoran yang menempel di dalam pipa nipple, yang nantinya akan berwarna hijau itu yang disebut bio-film).
Apabila menggunakan manual feeder atau yang biasa di sebut, "tempat makanan secara manual" mau yang di gantung atau yang berbentuk talang )linear feeder), bersihkan seminggu sekali dan cuci, karena feeder adalah barang yang sangat berbahaya jika tidak dirawat kebersihan-nya, ketika feeder kotor berkemungkinan besar ayam akan cepat terserang penyakit, yang di sebabkan dari micro bacteri yang tumbuh dan berkembang biak di feeder tersebut, maka hindari pemakaian feeder kotor.
Bersihkan cooling pad( coolingpad adalah sebuah system dimana akan berfungsi jika suhu di dalam kandang semakin panas) fungsinya adalah untuk menurunkan atau menstabilkan suhu, ketika suhu di dalam kandang melebihi panas 29,5 derajat selcius, maka coolingpad akan berjalan dengan membawa suhu yang relative rendah, dengan demikian suhu di dalam kandang akan stabil kembali. Dengan program ini maka bersihkan cooling pad setiap 2minggu sekali, karena apabila coolingpad kotor, atau bak collingpad kotor, secara langsung akan membawa penyakit ke dalam kandang dan menyeluruh kandang akan terkontaminasi, karena coolingpad adalah dimana sumber udara masuk secara bebas. Maka hindari coolingpad dan bak coolingpad kotor. Ketika sudah di bersihkan campurkan disinfectant kedalam bak coolingpad tersebut.
Untuk yang menggunakan kipas blower atau exhaust fan, bersihkan kipas ini secara teratur seminggu sekali, maka jika terjadi kipas kotor, kipas tersebut akan berat, dan fungsinya akan menurun, ketika fungsi kipas menurun atau semakin lambat, maka aliran udara di dalam kandang akan semakin lambat, dengan aliran udara lambat, amoniak akan meningkat, gejala gangguan pernafasan akan terjadi setelah beberapa hari, maka kipas utama harus tetap bersih supaya bisa berfungsi dengan baik. Jangan biarkan ammoniac di dalam kandang melebihi 50 ppm, jika terjadi amoniak tinggi maka langkah yang harus di lakukan adalah dengan mengganti sekam, bersihkan kipas, hindari sekam basah dikandang, dan menabur kapur di bawah slat, untuk mengeringkan lokasi yang basah.
Balik sekam setiap hari, untuk menghindari sekam lembab dan basah, dengan membalik sekam maka ammoniac yang ada di dalam sekam akan terbawa oleh angin kipas keluar, dengan demikian jika amoniak rendah ayam lebih jauh dari menderita peyakit pernafasan. Gunakan kapur jika di perlukan.
Bersihkan debu yang ada di dalam kandang, bersihkan tiap hari, karena debu sumber penyakit pernafasan, dan sumber penyakit lainnya.
Buang atau afkir ayam yang sakit, dan jangan membiarkan ayam sakit tinggal di dalam kandang, seleksi ayam yang sakit setiap hari dan ayam yang tidak layak telur. Maka jika ayam sakit terus tinggal di dalam kandang, maka penyakit tersebut akan cepat menular ke ayam yang lebih sehat. Maka segera-lah seleksi dan buang ayam yang sakit sebelum menjadi vektor penyebab menularnya penyakit ke ayam yang lain.
Cuci tangan anda sebelum dan sesudah melakukan seleksi telur, dengan tujuan untuk tetap bersih, maka jika telur tetap bersih maka kualitas telur tersebut akan lebih bagus untuk dijadikan telur tetas.
Lakukan pemberian racun tikus di dalam kandang 2 minggu sekali, karena tikus adalah sumber penyakit, jika tikus semakin banyak populasi nya di dalam kandang, maka kemungkinan besar penyakit yang akan di timbulkan dari tikus tersebut semakin besar, sebagai contoh, tikus akan mengambil makanan ayam atau memakan makanan ayam dari feeder, ketika tikus memakan makanan, tikus akan sambil mengeluarkan kotoran (berak) dengan demikian ayam yang memakan tai tikus teersebut akan menderita sakit, sperti salmonella pullorum, dan lain-lain, maka lakukan lah pemberian racun secara teratur di dalam kandang.
Ketika ada ayam yang mati di dalam kandang, maka segera ayam tersebut keluarkan dari kandang, dengan pastinya, ayam yang mati tersebut adalah ayam yang sudah sakit, untuk menghindari penularan penyakit dari ayam yang meti tersebut maka harus segera membuang ayam yang mati secara langsung.
Spray atau semprot lokasi kandang (bagian luar kandang) seminggu sekali, dengan menggunakan disinfectant secara teratur.

4.3 VAKSINASI
Penanggung jawab adalah vaksinator, supervisor, leader flock dan assistant leader.
1) Ikuti biosecuriti yang sudah di tetapkan, Sebelum melakukan vaksinasi, dari kantor atau dimana tempat vaksin di simpan, maka cara membawa vaksin harus benar.
2) Perhatikan dan catat kadaluarsa vaksin, jika vaksin sudah kaladuarsa maka jangan gunakan vaksin tersebut, gunakan vaksin yang belum kadaluarsa, hindari pemakaian vaksin jika kadar kadaluarsa nya kurang dari satu bulan.
3) Ketika vaksin sebelum di masukan ke tempat vaksin (mungkin termos vaksin-untuk membawa vaksin dari tempat penyimpanan ke kandang) maka satu jam sebelum vaksin disimpan, sebaiknya termos tersebut di isis dengan es batu, dan pastikan di dalam termos vaksin yang berisi es batu tersebut suhunya di bawah 2 drajat Celsius jangan melebihi 5 drajat. Karena jika vaksin di simpan di suhu yang panas maka vaksin hidup itu akan mati, dan tidak layak untuk di gunakan, untuk itu agar vaksin tetap hidup dan layak di gunakan maka kita harus menyimpan vaksin itu dengan suhu 1-5 drajat celcius.
4) Vaksin-lah ayam yang sehat saja, jangan memvaksin ayam yang sakit, karena ayam yang sakit tidak akan menerima reaksi dari vaksin tersebut
5) Ketika selesai vaksin, vial vaksin (botol vaksin) seharusnya jangan di buang sembarangan, bawa botol bekas vaksin tersebut ke tempat dimana anda menyimpan vaksin tersebut.
6) Rebus botol vaksin tersebut dengan menggunakan air panas, dengan tujuan untuk memastikan vaksin itu mati, dan buang lah ke tempat sampah yang jauh dari lokasi kandang.
7) Jika anda mempunyai sisa vaksin, maka sisa vaksin trersebut jangan di buang di sembarang tempat, campur sisa vaksin tersebut dengan disinfektan dan rebus dengan menggunakan air panas lalu buang ke tempat sampah yang jauh dari lokasi kandang.

4.4 TEMPAT POST MORTEM
Tempat ini adalah tempat untuk membedah ayam yang sakit atau ayam yang sudah mati untuk mengetahui penyakit apa yang di alami oleh ayam tersebut. Maka langkah-langkah biosecuriti yang harus di perhatikan adalah:
1) Ketika membawa ayam mati tersebut ke tempat post-mortem mungkin menggunakan mobil, maka mobil tersebut setelah membawa ayam yang mati, harus segera di bersihkan dan di cuci dengan menggunakan disinfectan, untuk menghindari penularan terhadap kandang yang lain.
2) Gunakan sepatu dan seragam terpisah, jadi jangan menggunakan seragam sembarangan ketika melakukan pembedahan, pakai lah seragam yang sudah di sediakan oleh pihak perusahaan.
3) Ketika sudah melakukan pembedahan, buang ayam tersebut atau bakar dengan menggunakan (incinerator) atau kubur, dan taburkan kapur beserta di sinfectant (jika anda mengubur ayam mati)
4) Orang yang sudah melakukan pembedahan ayam, jangan masuk lagi ke dalam kandang, tanpa terkecuali. Sebaiknya anda melakukan pembedahan ayam di waktu akhir kerja anda, atau di sore hari, jadi setelah selesai kerja (post mortem) anda langsung pulang dan jangan melakukan kontak langsung terhadap ayam-ayam yang masih hidup.
5) Spray tempat postmortem setiap hari dengan menggunakan di sinfectan, untuk menghindari penyebaran penyakit ke tempat atau kawasan kandang ayam





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Penerapan prosedur biosekuriti secara menyeluruh merupakan cara yang efektif dalam mencegah penyebaran penyakit pada ternak ayam buras.
2. Penggunaan desinfektan harus tepat dosisnya, tepat jumlah larutannya per satuan luas serta tepat waktu kontaknya.

5.2 SARAN
Biosekuriti hendaknya menjadi perilaku sehari-hari, atau gaya hidup semua orang yang terkait dengan budidaya ayam buras.











DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Ilmu makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

BPS. 2008. www. BPS.go.id

Darmawan, C.B. dalam Trobos Edisi Pebruari 2010. www. Trobos.com

Deptan. 2009. www. Deptan.go.id

Dirjenpeternakan. 2007. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras yang Baik (Good Farming Practice).

DisnakNTT. 2007. www. nttprov.go.id/disnak

Ginting, U.E. dalam Trobos Edisi Pebruari 2010. www. Trobos.com

Marhinjanto, B. 1998. Langkah Beternak Ayam Buras. Penerbit Arkola. Surabaya

Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta

Rasyaf, M. 2005. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta

Rudiyanto, J. 2009. Dalam Infovet Edisi 184. Nopember 2009. Jakarta

Saptono. 2009. Dalam Infovet Edisi 184. Nopember 2009. Jakarta

Sudarisman. 2000. Dalam http://kedokteranhewan.blogspot.com/2007/10/biosecurity.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar